2 Maret 2021
Massa pengunjuk rasa anti-kudeta di Yangon, Myanmar, menolak dibubarkan pada hari Senin (1/3/2021) waktu setempat. Tembakan gas air mata berulang kali dilepaskan aparat keamanan ke arah pengunjuk rasa anti-kudeta militer. Pengunjuk rasa langsung berlarian sambil mencuci muka mereka untuk meredakan efek gas air mata. Setelahnya para pemrotes kembali ke jalan. Mereka bertekad tetap bersatu sebagai wujud pembangkangan mereka terhadap perebutan kekuasaan oleh militer satu bulan lalu. Rekaman video amatir warga memperlihatkan sejumlah aparat keamanan yang menembakkan senjata api mereka langsung ke arah pengunjuk rasa. Sedikitnya 18 orang dilaporkan tewas dan 30 lainnya terluka di Myanmar dalam aksi in. Aksi protes turut diikuti para biksu. Mereka melakukan longmarch menyusuri sejumlah ruas jalan kota mandalay. Dalam aksinya massa membentangkan spanduk dan poster bertuliskan penolakan terhadap kudeta militer, 1 Februari. Ribuan pengunjuk rasa terus turun ke jalan memprotes kudeta militer Myanmar pada 1 Februari silam. Doktor Sasa utusan khusus PBB atas nama pemerintah sipil mengatakan dia berusaha untuk mengejar tindakan terhadap para jenderal melalui pengadilan internasional. Senin kemarin, pemimpin Myanmar Aung Ung San Suu Kyi yang ditahan menghadapi pengadilan. Setelah ditahan atas beberapa dakwaan, dia didakwa dengan dua pelanggaran lagi, upaya militer untuk memberikan dakwaan hukum berlapis dan berpotensi agar Aung San Suu Kyi gagal mencalonkan diri dalam pemilihan yang dijanjikan junta untuk diadakan dalam satu tahun. Hingga kini kondisi keamanan masih mencekam. Gelombang demonstrasi menolak aksi kudeta junta militer terus berlanjut. Dalam catatan, Myanmar beberapa kali terlibat kudeta. Apa yang sebenarnya terjadi di sana dan bagaimana dampak bagi negara negara di sekitarnya termasuk Indonesia? Simak pembahasannya bersama Pengamat Hubungan Internasional sekaligus Founder of Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja.
Comments